Langsung ke konten utama

MAKNA NABI TERAKHIR MENURUT AHMADIYAH

Dalam lintasan sejarah, pengakuan diri sebagai Nabi marak terjadi, baik di Indonesia maupun di luar negeri.Mereka beranggapan bahwa ungkapan Nabi Muhammad SAW sebagai Nabi terakhir, tidak bermakna sebagai penutup para Nabi bahkan bisa saja muncul Nabi lain setelah beliau.
Dalam surah al-ahzab ayat 40 disebutkan :
“Muhammad itu sekali-kali bukanlah bapak dari seorang laki-laki di antara kamu (yaitu Zaid ibn Haritsah) tetapi dia adalah Rasulullah dan penutup para Nabi-Nabi. Dan adalah Allah Maha mengetahui segala sesuatu”.
Di kalangan pendukung Ahmadiyah berpendapat bahwa makna “katham” atau penutup dalam ayat tersebut tidak bermakna bahwa tidak akan ada lagi Nabi setelah Nabi Muhammad SAW, bahkan masih dimungkinkan hadir Nabi-Nabi lain setelah Kenabian beliau. Bahkan mereka memperkuat pemaknaan  kata “khatam” dengan arti yang mereka interpretasikan sendiri dengan sebuah Hadits Nabi SAW :
“Saya adalah akhir dari para Nabi dan masjid saya adalah akhir dari masjid-masjid”. (HR. Muslim dari Abu Hurairah).
Hadits tersebut menginformasikan bahwa Masjid Nabawi adalah masjid terakhir atau penutup dari masjid-masjid. Namun kenyataannya, banyak bermunculan masjid dan dibangun oleh umat islam sampai sekarang. Bahkan setelah Masjid Nabawi, muncul Masjid Abd. Qais, masjid pertama yang dibangun dan dipergunakan untuk penyelenggaraan shalat jum’at, yang terletak di sebuah desa bernama Juwats di wilayah Bahrain (Al-Asqalani, Fathul Bari, juz 2, Kitab al-Maghaziy, bab Wafd Abd al-Qais, h. 1902, lihat juga ibnu Katsir, Al-Bidayah, h. 332).
Karena itu menurut kalangan Ahmadiyah, bahwa ungkapan yang menyatakan Nabi Muhammad sebagai penutup masih dimungkinkan munculnya Nabi setelah beliau seperti masih bermunculannya masjid-masjid baru di dunia Islam, meskipun telah dinyatakan oleh Nabi Muhammad SAW, Masjid Nabawi adalah masjid terakhir.
Mereka juga menguatkan pendapatnya, dengan surat Shaff ayat 6 :
“Dan (ingatlah) ketika Isa ibnu Maryam berkata: Hai Bani Israil, sesungguhnya aku adalah utusan Allah kepadamu, membenarkan Kitab sebelumku, yaitu Taurat dan member kabar gembira dengan (datangnya) seorang Rasul yang akan dating setelahku, yang namanya Ahmad, maka tatkala Rasul itu datang kepda mereka dengan membawa bukti-bukti yang nyata, mereka berkata: “ini adalah sihir yang nyata”.
Dalam ayat ini, menurut mereka, bahwa Nabi yang disebut belumlah datang karena yang datang setelah Nabi Isa as bukan bernama Ahmad melainkan Muhammad, oleh karena itu, sekali lagi mereka menegaskan bahwa masih dimungkinkan munculnya Nabi-Nabi yang lain.
Para Ulama sepakat bahwa arti kata “khatam” dalam ayat tersebut adalah penutup dan tidak ada lagi Nabi setelah Nabi Muhammad SAW.
Dalam beberapa hadits shahih juga menunjukkan bahwa Nabi Muhammad SAW sebagai Nabi penutup dan terakhir, antara lain :
“Dalam umatku aka nada pendusta-pendusta. Semuanya mengaku sebagai Nabi. Padahal, aku ini penutup sekalian Nabi yang tidak ada Nabi sesudahku”. (Hadits riwayat Ibnu Mardawaih, dari Tsauban ini menurut Albani adalah shahih).
Kemudian hadits riwayat Muslim dari Abu Hurairah :
“Perumpamaanku dan sekalian Nabi sebelumku adalah ibarat seorang yang mendirikan gedung. Maka diperbagus dan diperindah bangunan itu kecuali satu bata (yang belum dipasang) pada salah satu penjuru-penjurunya. Orang-orang mengelilinginya dengan heran seraya berkata: “mengapakah bata ini belum dipasang? Nabi SAW bersabda; Aku inilah bata itu dan aku inila penutup sekalian Nabi”.
Pada hadits pertama Nabi mengatakan “Laa nabiyya ba’diy (tidak ada Nabi setelahku), menurut ilmu nahwu, lam tersebut adalah lam nafyi lil jinsi. Artinya, lam yang berfungsi meniadakan segala jenis kandungan kata yang ada sesudahnya. Seperti fungsi lam pada kalimat “Laa ilaha illallah”  yang berfungsi meniadakan semua tuhan, illallah, kecuali Allah SWT.
Seperti itu pula fungsi lam pada ”Laa nabiyya ba’diy” yang meniadakan semua nabi dan rasul setelah Muhammad SAW (Apalagi kalau Nabi yang datang tanpa membawa syari’at seperti Mirza Ghulam Ahmad).
Kemudian hadits kedua yang juga sangat jelas memberikan keterangan bahwa adalah Nabi Muhammad SAW adalah nabi terakhir sebagaimana diilustrasikan dalam hadits tersebut, seperti sebuah bata yang akan menutupi sebuah lubang, yang artinya tidak tersisa lagi bagi orang lain yang akan mengisinya.
Kemudian dalam hadits yang lain, riwayat at-Turmudzi dari Anas ibn Malik, Nabi SAW bersabda:                                             
“Rasulullah saw bersabda: sesungguhnya risalah dan kenabian telah terputus (berakhir). Maka tidak ada lagi Rasul dan Nabi setelahku”.
Dengan demikian pendapat yang menyatakan bahwa masih dimungkinkan munculnya Nabi setelah Nabi Muhammad saw dengan sendirinya bertolak belakang dengan Hadits di atas dan pengakuan kenabiannya tidak sah.
Kemudian bagaimana dengan hadits yang menyatakan bahwa “Saya adalah akhir dari para Nabi dan masjid saya adalah akhir dari masjid-masjid” ?

Menurut riwayat al-Bazzar, al-Dalamiy dan ibn al-Najjar dari aisyah yang menurut Albani adalah shahih, Nabi saw bersabda:
“Saya adalah penutup sekalian para Nabi dan masjid saya (Masjid Nabawi) adalah penutup (akhir) masjid para Nabi”.  
Jadi pengutipan hadits oleh mereka kurang lengkap dan ini membuktikan bahwa mereka mengambil dalil dan disesuaikan dengan kondisi mereka dan ini hanya sebagian kecil dari perbuatan mereka… Potongan Hadits tersebut mengungkapkan bahwa Masjid Nabawi adalah masjid terakhir yang dibangun oleh para Nabi, dan nyatanya setelah Masjid Nabawi dibangun oleh Nabi saw tidak ada lagi Masjid setelah itu yang didirikan oleh beliau, Subhanallah…
Kemudian ayat 6 yang terdapat dalam surah al-Ahzab yang menyatakan bahwa akan datang Nabi setelah Nabi saw yang bernama Ahmad dan bukannya Muhammad, hal ini telah dinyatakan sendiri oleh Nabi Muhammad saw, dalam hadits riwayat Muslim dari Jabir ibn Muth’im beliau bersabda:
”Saya adalah Muhammad. Saya adalah Ahmad. Saya adalah al-MahE (yang sebab saya kekufuran terhapus). Saya adalah al-Hasyir (manusia berhimpun kepada saya) dan al-‘Aqib (tidak ada Nabi setelahnya)”.
Dengan demikian bahwa yang dimaksud dalam QS. Al-Ahzab: 6 diatas adalah Muhammad saw, bukan Mirza Ghulam Ahmad yang datang tanpa syariat…!!!! (sumber bacaan, suara muhammadiyah edisi 96, fathul bari, Ibnu Katsir)


Komentar

  1. saya sangat setuju dengan tulisan di atas. adapun orang yang mengatakan ada nabi setelah Nabi Muhammad maka dia adalah orang yang bukan islam lagi, kalau ia merongrong islam maka dia harus kita basmi

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

ZIKIR VERSI TAREKAT

1. Enam tingkatan dalam persiapan zikir, I. Berniat Dalam niat itu diucapkan : "Ilaahi anta maqshuudii wa ridhaka mathlubi". (Ya Allah, Engkaulah yang aku maksud dan keridhaan-Mulah yang aku cari). II. Duduk Tarekat. Yaitu duduk seperti duduk tahiyat terakhir dalam sholat, kepala ditundukkan ke sisi kiri. III. Rabithatu Mursyid (rasa pertalian dgn Nabi Muhammad saw). 1. Mengucapkan: "Assalmu alaika ayyuhan nabiyyu wa rahmatullahi wabarakatuh". Pada tingkat ini seolah-olah Nabi Muhammad saw hadir di depan kita bersalaman. 2. Kemudian mengucapkan: "Assalamu 'alaina wa 'ala ibadishshalihin". Mengucapkan salam atas diri dan hamba-hamba Allah swt yg sholeh. IV. Bertobat. A. Membaca Istighfar tujuh kali Diniatkan supaya diampunkan oleh Allah swt dosa kita, yaitu: 1. Mata, 2. Telinga, 3. Hidung, 4. Mulut, 5. Tangan, 6. Kaki, dan 7. Syahwat. B. Membaca Istighfar tujuh kali untuk diampunkan dosa bathin, yait

KISAH SINGA DAN GAJAH

Di sebuah hutan terdapat raja hutan (singa) yang merasa dirinya hebat, dan untuk melegalisasikan kehebatannya, maka si singa bertanya kepada sebagian penghuni hutan. Bertanyalah si singa kepada seekor gorila. Singa: “Hai gorila, siapakah yang paling gagah di hutan ini?” Gorila: “Anda tuanku Baginda.” Banggalah si singa mendengar itu. Kemudian ia bertemu dengan seekor banteng. Singa: “Hai banteng, siapakah yang paling gagah dan hebat di hutan ini?” Banteng: “Sudah tentu Anda Baginda Raja hutan.” Mendengar jawaban-jawaban dari sebagian hewan yang ia temui, merasa sombonglah si singa. Kemudian ia berjalan kembali dengan PDnya, dan di tengah jalan ia bertemu dengan seekor gajah. Singa: “Hai gajah,Kau adalah hewan dengan hidung,telinga,dan badan terbesar di hutan ini,mungkin otakmu juga sebesar tubuhmu,,aku mau tanya, siapakah yang paling gagah dan perkasa di hutan ini?” akan Tetapi gajah tidak menjawab, dan di luar dugaan singa, gajah langsung menghajar dan menginja

TAKHRIJ HADITS TENTANG MENDATANGI DUKUN

TAKHRIJ HADITS TENTANG MENDATANGI DUKUN Penelitian  takhrij dilakukan dengan menggunakan metode takhrij al-hadits bi al-lafzh dengan menggunakan program CD Al-Maktabah al-Syamilah Versi 3.28 dengan kata kunci يَأْتُونَ الْكُهَّان . Menurut hasil pencarian, potongan hadits tesebut terdapat dalam kitab Sunan Abu Dawud, juz 1, hlm. 349; Musnad Ahmad , juz 39, hlm. 184, 185 dan 186; Sunan al-Kubra li al-Baihaqi, juz 8, hlm. 138; Mu’jam al-Kabir li al-Thabrani , juz 14, hlm. 326 dan 327. Berikut ini dikemukakan secara lengkap teks hadits tersebut serta jalur-jalur sanadnya:       سنن أبي داود (ج 1\ ص 349) باب تَشْمِيتِ الْعَاطِسِ فِى الصَّلاَةِ. رقم : 931 حَدَّثَنَا مُسَدَّدٌ حَدَّثَنَا يَحْيَى ح وَحَدَّثَنَا عُثْمَانُ بْنُ أَبِى شَيْبَةَ حَدَّثَنَا إِسْمَاعِيلُ بْنُ إِبْرَاهِيمَ - الْمَعْنَى - عَنْ حَجَّاجٍ الصَّوَّافِ حَدَّثَنِى يَحْيَى بْنُ أَبِى كَثِيرٍ عَنْ هِلاَلِ بْنِ أَبِى مَيْمُونَةَ عَنْ عَطَاءِ بْنِ يَسَارٍ عَنْ مُعَاوِيَةَ بْنِ الْحَكَمِ السُّلَمِىِّ قَالَ صَ