Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari Juni, 2011

Diam itu Dosa

Tulisan Kang Jalal ini saya angkat dan saya persembahkan untuk menyikapi kejadian yang akhir-akhir ini marak dibicarakan, yaitu tentang kejujuran seorang anak SD yang bernama Alif, ia dan keluarganya diusir oleh warga dan tetangganya yang selama ini hidup bersama dengan mereka, sungguh tragis, hanya karena kejujurannya mengungkap contek massal yang terjadi di sekolahnya. Ironis memang, bahwa di Negeri yang di huni oleh 80 persen lebih umat islam ternyata untuk berbuat jujur sangatlah mahal harganya.  “Ya Allah, ampunilah kami, kami mohon agar Engkau tetap menyayangi kami meskipun Engkau tahu bahwa kami telah melampaui batas…!!” Amiien Ya Mujibas Sailin.. Ketika Mar’ie Muhammad mengucapkan kata perpisahan, ia meminta maaf, seperti biasa. Tetapi kali ini, Mar’ie menambah kata klise. Selain meminta maaf atas ucapan, tindakan, gerak-geriknya selam jadi menteri, ia juga meminta maaf atas tutup mulutnya (sambil meletakkan ibu jari di mulutnya. Ia mohon maaf bukan saja untuk apa yang ia uc
“Menagih Utang Dari Allah ” Part 3 Oleh : HAMSAR DB. Berselang tiga hari pernikahannya, Abdullah pun pamit pada mertuanya dan meminta izin membawa serta istrinya. Dengan senang hati mertuanya berkata, “pergilah menantuku, saya titipkan anak saya padamu, doaku selalu untukmu semoga selamat sampai tujuan dan selalu hidup rukun serta tentram bersama istri. ingat satu hal, sering – seringlah kemari menjengukku nak’ karena usiaku sudah tua”. Dengan menenteng koper pakaian dan bekal secukupnya keduanya pun berangkat pulang ke kampung halaman Abdullah. Dalam perjalanan bersama istrinya Abdullah menyempatkan mampir di kampung orang kaya yang tempo hari disinggahinya. Dari kejauhan samar – samar orang kaya itu melihat Abdullah yang tidak lagi sendiri tapi sudah ditemani seorang perempuan cantik. Makin dekat makin jelas dikenalinya. Dalam hati orang kaya itu berkata ; wah, wah.. katanya mencari Allah, tau-taunya hanya cari wanita, ternyata anak muda zaman sekarang. Akhirnya keduanya tiba da
“Menagih Utang Dari Allah ” Oleh : HAMSAR DB. Berselang tiga hari pernikahannya, Abdullah pun pamit pada mertuanya dan meminta izin membawa serta istrinya. Dengan senang hati mertuanya berkata, “pergilah menantuku, saya titipkan anak saya padamu, doaku selalu untukmu semoga selamat sampai tujuan dan selalu hidup rukun serta tentram bersama istri. ingat satu hal, sering – seringlah kemari menjengukku nak’ karena usiaku sudah tua”. Dengan menenteng koper pakaian dan bekal secukupnya keduanya pun berangkat pulang ke kampung halaman Abdullah. Dalam perjalanan bersama istrinya Abdullah menyempatkan mampir di kampung orang kaya yang tempo hari disinggahinya. Dari kejauhan samar – samar orang kaya itu melihat Abdullah yang tidak lagi sendiri tapi sudah ditemani seorang perempuan cantik. Makin dekat makin jelas dikenalinya. Dalam hati orang kaya itu berkata ; wah, wah.. katanya mencari Allah, tau-taunya hanya cari wanita, ternyata anak muda zaman sekarang. Akhirnya keduanya tiba dan memasuki

RADEN SYAHID MENCARI GURU SEJATI

       Di antara para wali yang lain, Kanjeng   Sunan Kalijaga   bisa dikatakan satu-satunya wali yang menggunakan pendekatan yang pas yaitu budaya Jawa. Dia sadar, tidak mungkin menggunakan budaya lain untuk menyampaikan ajaran sangkan paraning dumadi secara tepat. Budaya arab tidak cocok diterapkan di Jawa karena manusia Jawa sudah hidup sekian ratus tahun dengan budayanya yang sudah mendarah daging. Bahkan, setelah “dilantik” menjadi wali, dia mengganti jubahnya dengan pakaian Jawa memakai blangkon atau udeng.       Nama mudanya Raden Syahid, putra adipati Tuban yaitu Tumenggung Wilatikta dan Dewi Nawangrum. Kadpiaten Tuban sebagaimana Kadipaten yang lain harus tunduk di bawah kekuasaan Kerajaan Majapahit. Nama lain Tumenggung Wilatikta adalah Ario Tejo IV, keturunan Ario Tejo III, II dan I. Arti Tejo I adalah putra Ario Adikoro atau Ronggolawe, salah seorang pendiri Kerajaan Majapahit. Jadi bila ditarik dari silsilah ini, Raden Syahid sebenarnya adalah anak turun pen

Keberkahan dan Malapetaka Suatu Negeri Bergantung Pada Pemimpinnya

Pada suatu hari, Raja Anusyirwan sedang melakukan perburuan. Ia sangat asyik berburu sehingga ia terlepas dari pasukannya. Dalam keadaan haus, ia sampai di sebuah kebun. Di kebun itu ia melihat banyak sekali pohon delima. Kepada anak penunggu kebun, raja berkata: "Berikan kepadaku sebutir delima." Delima itu ternyata sangat manis dan airnya yang lezat keluar melimpah. Raja sangat terkesan dengan delima di kebun itu sehingga ia terpikir untuk mengambil kebun itu dari pemiliknya. Pada kali yang kedua, ia meminta satu butir delima lagi. Aneh, sekarang delima itu sedikit sekali airnya dan kecut rasanya. Ia bertanya: "Hai anak, mengapa delima ini menjadi begini?" Si Anak menjawab, "Mungkin ada raja di negeri ini yang bermaksud berbuat zalim. Karena niatnya jeleknya, maka delima ini menjadi begini." Pada saat itu juga Anusyirwan bertobat dalam hatinya. Raja berkata lagi pada anak itu, "Berikan aku satu delima lagi." Sekarang delima itu terasa lebih e
Antara Ayah, Anak dan Burung Gagak Pada suatu petang seorang tua bersama anak mudanya yang baru menamatkan  pendidikan tinggi duduk berbincang-bincang di halaman sambil memperhatikan suasana di  sekitar mereka.  Tiba-tiba seekor burung gagak hinggap di ranting pokok berhampiran. Si ayah lalu  menuding jari ke arah gagak sambil bertanya, “ Nak, apakah benda itu? ” “ Burung gagak ” , jawab si anak. Si ayah mengangguk-angguk, namun sejurus kemudian sekali lagi mengulangi  pertanyaan yang sama. Si anak menyangka ayahnya kurang mendengar jawabannya tadi, lalu  menjawab dengan sedikit kuat, “ Itu burung gagak, Ayah! ” Tetapi sejurus kemudian si ayah bertanya lagi pertanyaan yang sama.  Si anak merasa agak keliru dan sedikit bingung dengan pertanyaan yang sama  diulang-ulang, lalu menjawab dengan lebih kuat, “ BURUNG GAGAK!! ” Si ayah terdiam seketika. Namun tidak lama kemudian sekali lagi sang ayah mengajukan pertanyaan yang  serupa hingga membuat si anak hilang kesabaran dan menjawab deng

Menagih Utang Dari Allah Part 2

Oleh : HAMSAR DB. ….. “Lebih baik anda pulang, kembalilah kekampungmu anak muda, berusaha, sabar dan tawakkal”. Mendengar perkataan itu Abdullah pun berkata “maaf pak’, saya sudah komitmen dan bertekad bulat, berpantang surut sebelum usaha tercapai ( kualleangngangi tallanga natoalia) ”. Orang itu terdiam  dan berbisik dalam hati, Betul – betul pemuda ini nekat. “Ya, pergilah saya doakan, tapi apa mungkin ?”. pagi sekali Abdullah pamit diantar sampai keluar halaman, lalu orang tua itu bergurau “ andai kamu bertemu Allah, tolong tanyakan keadaan saya, sebab akhir – akhir ini saya selalu gelisah dan kurang tidur”. Si Abdullah menimpali, “ baiklah pak’ nanti saya tanyakan pada Allah”.  Lalu dengan yakinnya iapun melangkah pergi. Orang tua itu memperhatikan langkah gagah dan percaya diri pemuda itu sampai kejauhan, kemudian kembali kerumahnya dengan senyum tidak percaya dan berkata dalam hati, “ah, mana mungkin.. mustahil dia bisa menemui Allah Swt”

Penguasa VS Ulama

Al-Manshur adalah salah seorang pendiri Dinasti Abbasiyah. Ia pernah memasukkan lawan-lawan politiknya hidup-hidup ke dalam pilar-pilar istana yang sedang dibangunnya. Tetapi, dengan segala kekejamannya, al-Manshur terkenal sebagai penguasa yang mau mendengarkan nasihat ulama. Pada suatu hari, ia memanggil al-Awza’i, ahli hadits dan fikih yang terkenal salih. “Aku ingin mendengar nasihatmu dan mengambil faedah darinya.” “Kalau begitu, perhatikan pembicaraanku wahai Amirul Mukminin. Janganlah satu pun lolos dari perhatianmu.” “Bagaimana mungkin aku tidak memperhatikan, aku memintamu, aku telah menghadapkan wajahku kepadamu dan aku telah memintamu menasihatiku.” “Aku takut engkau mendengarkannya, tetapi tidak mengamalkannya.” Mendengar itu ar-Rabi’, pengawal raja, membentak Awza’i. ia bermaksud mengambil pedangnya, tetapi al-Manshur mencegahnya. Al-Awza’I melanjutkan pembicaraannya: “Nabi Saw bersabda, “Kalau seorang hamba didatangi nasihat dari Allah dalam urusan agamanya, ia