Langsung ke konten utama

Ulumul Qur'an

Pengertian, Pertumbuhan dan Perkembangannya.
Al-Qur'anul Karim adalah mukjizat Islam yang kekal dan mukjizatnya selalu diperkuat oleh kemajuan ilmu pengetahuan. Ia diturunkan Allah SWT kepada Rasulullah SAW untuk mengeluarkan manusia dari suasana yg gelap menuju yg terang serta membimbing mereka ke jalan yg lurus. Rasulullah menyampaikan al-Qur'an itu kepada para sahabatnya (orang-orang Arab asli) sehingga mereka dapat memahaminya berdasarkan naluri mereka. Apabila mereka mengalami ketidakjelasan dalam memahami suatu ayat, mereka menanyakannya kepada Rasulullah SAW.
Bukhari dan Muslim serta yg lainnya meriwayatkan dari Ibn Mas'ud dengan mengatakan:
"Ketika ayat ini diturunkan "orang-orang yg beriman dan tidak mencampuradukkan iman mereka dgn kezaliman" (al-An'am: 82), banyak yg merasa resah. Lalu mereka bertanya kepada Rasulullah SAW: "Ya Rasulallah, siapakah di antara kita yg tdk berbuat kezaliman terhadap dirinya?" Nabi menjawab: "Kezaliman disini bukan seperti yg kamu pahami. Tidakkaah kamu pernah mendengar apa yg dikatakan oleh seorang hamba Allah yg shaleh; "Sesungguhnya kemusyrikan adalah kezaliman yg besar" (Luqman: 13). Jadi yg dimaksud dgn kezaliman disini ialah kemusyrikan.."
Rasulullah menafsirkan kpd mereka beberapa ayat, seperti dinyatakan oleh Muslim dan yg lain, yg bersumber dari 'Uqbah bin 'Amir, ia berkata: "Aku pernah mendengar Rasulullah saw berkata di atas mimbar: "Dan siapkanlah untuk menghadapi mereka kekuatan yg kamu sanggupi (Anfa: 60). Ingatlah bahwa kekuatan disini adalah memanah."
Para sahabat sangat antusias untuk menerima Qur'an dari Rasul saw, menghafalnya dan memahaminya. Hal itu merupakan suatu kehormatan bagi mereka. Dikatakan oleh Anas r.a: "Seseorang di antara kami bila telah membaca Surah Baqarah dan 'Ali Imran, org itu menjadi besar menurut pandangan kami." Begitu pula mereka selalu berusaha mengamalkan Qur'an dan memahami hukum-hukumnya.
Diriwayatkan dari Abu Abdurrahman as-Sulami, ia mengatakan:
"Mereka yg membacakan Qur'an kepada kami, seperti Utsman bin Affan dan Abdullah bin Mas'ud serta yg lain menceritakan, bahwa mereka bila belajar dari Nabi saw sepuluh ayat, mereka tdk melanjutkannya sebelum mengamalkan ilmu dan amal yg ada di dalamnya. Mereka berkata: "Kami mempelajari Qur'an berikut ilmu dan amalnya sekaligus."
Rasulullah saw tdk mengizinkan mereka menuliskan sesuatu dari dia selain Qur'an, karena dikhawatirkan Qur'an akan tercampur dgn yg lain.
"Muslim meriwayatkan dari Abu Sa'id al-Khudri, bahwa Rasul saw berkata: "Janganlah kamu tulis dr aku, barangsiapa menuliskan dari aku selain Qur'an, hendaklah dihapus. Dan ceritakan apa dariku dan itu tiada halangan baginya. Dan barangsiapa yg sengaja berdusta atas namaku, ia akan menempati tempatnya di api neraka".
Sekalipun sesudah itu Rasul saw mengizinkan kepada sebagian sahabat untuk menulis hadits, tetapi hal yg berhubungan dengan Qur'an tetap didasarkan pd riwayat yg melalui petunjuk di zaman Rasul saw dimasa kekhalifahan Abu Bakar dan Umar ra.




Komentar

Postingan populer dari blog ini

ZIKIR VERSI TAREKAT

1. Enam tingkatan dalam persiapan zikir, I. Berniat Dalam niat itu diucapkan : "Ilaahi anta maqshuudii wa ridhaka mathlubi". (Ya Allah, Engkaulah yang aku maksud dan keridhaan-Mulah yang aku cari). II. Duduk Tarekat. Yaitu duduk seperti duduk tahiyat terakhir dalam sholat, kepala ditundukkan ke sisi kiri. III. Rabithatu Mursyid (rasa pertalian dgn Nabi Muhammad saw). 1. Mengucapkan: "Assalmu alaika ayyuhan nabiyyu wa rahmatullahi wabarakatuh". Pada tingkat ini seolah-olah Nabi Muhammad saw hadir di depan kita bersalaman. 2. Kemudian mengucapkan: "Assalamu 'alaina wa 'ala ibadishshalihin". Mengucapkan salam atas diri dan hamba-hamba Allah swt yg sholeh. IV. Bertobat. A. Membaca Istighfar tujuh kali Diniatkan supaya diampunkan oleh Allah swt dosa kita, yaitu: 1. Mata, 2. Telinga, 3. Hidung, 4. Mulut, 5. Tangan, 6. Kaki, dan 7. Syahwat. B. Membaca Istighfar tujuh kali untuk diampunkan dosa bathin, yait

TAKHRIJ HADITS TENTANG MENDATANGI DUKUN

TAKHRIJ HADITS TENTANG MENDATANGI DUKUN Penelitian  takhrij dilakukan dengan menggunakan metode takhrij al-hadits bi al-lafzh dengan menggunakan program CD Al-Maktabah al-Syamilah Versi 3.28 dengan kata kunci يَأْتُونَ الْكُهَّان . Menurut hasil pencarian, potongan hadits tesebut terdapat dalam kitab Sunan Abu Dawud, juz 1, hlm. 349; Musnad Ahmad , juz 39, hlm. 184, 185 dan 186; Sunan al-Kubra li al-Baihaqi, juz 8, hlm. 138; Mu’jam al-Kabir li al-Thabrani , juz 14, hlm. 326 dan 327. Berikut ini dikemukakan secara lengkap teks hadits tersebut serta jalur-jalur sanadnya:       سنن أبي داود (ج 1\ ص 349) باب تَشْمِيتِ الْعَاطِسِ فِى الصَّلاَةِ. رقم : 931 حَدَّثَنَا مُسَدَّدٌ حَدَّثَنَا يَحْيَى ح وَحَدَّثَنَا عُثْمَانُ بْنُ أَبِى شَيْبَةَ حَدَّثَنَا إِسْمَاعِيلُ بْنُ إِبْرَاهِيمَ - الْمَعْنَى - عَنْ حَجَّاجٍ الصَّوَّافِ حَدَّثَنِى يَحْيَى بْنُ أَبِى كَثِيرٍ عَنْ هِلاَلِ بْنِ أَبِى مَيْمُونَةَ عَنْ عَطَاءِ بْنِ يَسَارٍ عَنْ مُعَاوِيَةَ بْنِ الْحَكَمِ السُّلَمِىِّ قَالَ صَ

KISAH SINGA DAN GAJAH

Di sebuah hutan terdapat raja hutan (singa) yang merasa dirinya hebat, dan untuk melegalisasikan kehebatannya, maka si singa bertanya kepada sebagian penghuni hutan. Bertanyalah si singa kepada seekor gorila. Singa: “Hai gorila, siapakah yang paling gagah di hutan ini?” Gorila: “Anda tuanku Baginda.” Banggalah si singa mendengar itu. Kemudian ia bertemu dengan seekor banteng. Singa: “Hai banteng, siapakah yang paling gagah dan hebat di hutan ini?” Banteng: “Sudah tentu Anda Baginda Raja hutan.” Mendengar jawaban-jawaban dari sebagian hewan yang ia temui, merasa sombonglah si singa. Kemudian ia berjalan kembali dengan PDnya, dan di tengah jalan ia bertemu dengan seekor gajah. Singa: “Hai gajah,Kau adalah hewan dengan hidung,telinga,dan badan terbesar di hutan ini,mungkin otakmu juga sebesar tubuhmu,,aku mau tanya, siapakah yang paling gagah dan perkasa di hutan ini?” akan Tetapi gajah tidak menjawab, dan di luar dugaan singa, gajah langsung menghajar dan menginja