Langsung ke konten utama

Menagih Utang Dari Allah Part 2



Oleh : HAMSAR DB.

….. “Lebih baik anda pulang, kembalilah kekampungmu anak muda, berusaha, sabar dan tawakkal”. Mendengar perkataan itu Abdullah pun berkata “maaf pak’, saya sudah komitmen dan bertekad bulat, berpantang surut sebelum usaha tercapai ( kualleangngangi tallanga natoalia)”. Orang itu terdiam  dan berbisik dalam hati, Betul – betul pemuda ini nekat. “Ya, pergilah saya doakan, tapi apa mungkin ?”. pagi sekali Abdullah pamit diantar sampai keluar halaman, lalu orang tua itu bergurau “ andai kamu bertemu Allah, tolong tanyakan keadaan saya, sebab akhir – akhir ini saya selalu gelisah dan kurang tidur”. Si Abdullah menimpali, “ baiklah pak’ nanti saya tanyakan pada Allah”.  Lalu dengan yakinnya iapun melangkah pergi. Orang tua itu memperhatikan langkah gagah dan percaya diri pemuda itu sampai kejauhan, kemudian kembali kerumahnya dengan senyum tidak percaya dan berkata dalam hati, “ah, mana mungkin.. mustahil dia bisa menemui Allah Swt”.
Setelah lama berjalan, beberapa malam sudah terlewati. perjalanannya mulai dari pendakian bukit yang gundul hingga berbatu cadas. Belum sampai ke puncak, ia kelelahan, lemas, akhirnya ia duduk bersandar dan terlelap disebuah batu besar. Dalam tidurnya ia bermimpi didatangi seorang laki-laki berpakaian jubah dan serban putih menghampirinya dan berkata “ Allah mengetahui serta melihat maksud dan tujuanmu anak muda, karena itu pulanglah kerumahmu, Allah telah membayar sebagian utangNya dari ayahmu”, “lalu dimana pembayarannya ?” tanya Abdullah, “sudah ada dirumahmu”, Abdullah kembali bertanya. “apakah Bapak ini adalah Allah ?”, “oh, bukan, Maha suci Allah untuk dipersamakan, aku hanyalah malikat yang diperintah, karena itu segeralah pulang”. Abdullah kembali menyela “ tunggu dulu pak’, ada orang kaya dan orang tua menitip pertanyaannya kepada Allah, kenapa mereka selalu gelisah, tidak tenang dan susah tidur diwaktu malam, selalu curiga kepada orang lain ?”, “katakan kepada orang kaya itu bahwa dia menyimpan satu peti emas murni dirumahnya sehingga khawatir diketahui orang dan perampok mendatanginya, katakan pula pada orang tua itu bahwa dia mempunyai seorang anak gadis yang belum menikah sementara usianya sudah tua maka maka hal itu yang membuatnya gelisah, takut meninggal sebelum anaknya ketemu jodoh. Sekarang pulanglah…..”. lelaki serban putih itu tiba-tiba lenyap entah kemana. Abdullahpun tersentak dari mimpinya dan terbangun dari tidurnya, ia duduk termenung, heran dengan mimpinya itu. Abdullah percaya pada mimpinya, iapun bermaksud pulang. Segera ia berdiri menuruni bukit batu itu dan berjalan cepat kearah tempat datangnya tadi.
Tiga hari berselang, iapun tiba di desa tempat tinggal orang tua (hakim) itu untuk menyampaikan jawaban dari pesan titipannya. Orang tua itu terkejut melihat kedatangan Abdullah. “cepat sekali kamu pulang, apa sudah ketemu Allah ?”, ia menjawab “Alhamdulillah pak’ saya ketemu dan Allah sudah membayar utangnya sebagian, sekarang sudah ada dirumahku”. Orang tua itu ragu lalu bertanya iseng “ apakah kau sudah tanyakan keadaanku?”, “oh, sudah pak’ dan jawabannya Bapak selalu gelisah, tidak tenang disebabkan karena takut mati sebelum anak gadisnya Bapak ketemu jodohnya”. Spontan orang tua itu tersentak dan kagum lalu percaya bahwa Abdullah benar-benar bertemu dengan Allah karena rahasiah yang selama ini ia pendam diketahui dengan oleh pemuda itu, ‘pasti ia diberitahukan oleh Allah Swt’ bisiknya dalam hati. ia lalu berkata kepada Abdullah “terima kasih anak muda”, rupanya orang tua itu diam-diam kagum dan simpatik kepada Abdullah sehingga menawarkan untuk menginap satu malam dirumahnya. Abdullahpun tidak keberatan dengan tawaran itu karena ia memang sangat lelah dan sudah kehabisan bekal. Pada malamnya setelah shalat isya dan makan malam, orang tua itu bertanya kepada Abdullah, “wahai anak muda, saya  bermaksud menanyakan suatu hal, namun sebelumnya saya minta maaf karena ini masalah pribadi”. Abdullah memandang orang itu agak heran lalu berkata “oh, tidak apa-apa pak’, silahkan, masalah apa gerangan pak’ ?”. sedikit kikuk dan malu-malu orang tua itu bertanya dan terjadilah dialog. “apakah kamu sudah punya istri wahai anak muda?”, “oh, belum pak’, saya masih bujangan”. “ apakah kamu tidak ada maksud untuk beristri”, “sejauh ini belum pak’ karena saya masih pengangguran sehingga belum mampu untuk menikah”. “bagaimana kalau ada tawaran untukmu menikah dengan seorang gadis.?”, “tawaran ?, tawaran dari mana pak’ dan siapa gadis itu?”, “aku…., aku yang menawarkan untukmu anak muda, sudilah kiranya menikah dengan anak gadisku, kau akan kujadikan menantuku”. Dengan muka memerah terkejut mendengar tawaran itu.”oh, sungguh….! benar pak’, apakah saya tidak salah dengar ?”. Spontan orang tua itu menjawab “tidak, kamu tidak salah dengar, aku bersungguh-sungguh anak muda”. Nampak muka kegirangan terpancar dari wajah Abdullah ”Alhamdulillah, terima kasih pak’. tapi, tapi…..!”, tapi kenapa anak muda ?”. Abdullah menjawab dengan suarah lirih “saya ini orang miskin pak’ tidak punya apa-apa, Jangankan mahar, makanpun susah”. Orang tua itu menyela dengan lantang “ jangan khawatir anak muda, semua saya yang tanggung”. Abdullah dengan gagap berkata, “tapi pak…”, “tapi apalagi ?” ia melanjutkan jawabannya “mohon maaf pak’, sesuai syariat agama tentu saya ingin melihat dan ta’aruf dulu dengan anak gadis bapak”. Tanpa berkomentar orang tua itu segera masuk ke dalam ruangan dan mengajak anak gadisnya menemui Abdullah. Dengan mata membelalak tak berkedip, Abdullah menatap pesona gadis itu, tanpa disadari ia berucap “ subehanallah…., Alhamdulillah, saya mau pak’, saya setuju dengan tawaran bapak”. Si gadis pun tersipu malu melirik Abdullah.
gayung bersambut, yang bujang tertarik si gadis pun tak keberatan. Alhasil, pada suatu hari yang ditentukan dalam suatu acara sederhana, kedua mempelai dinikahkan oleh walinya, dihadiri dua orang saksi dan beberapa sahabat dan kerabat dari orang tua sang gadis. Bersambung ………     

Komentar

Postingan populer dari blog ini

ZIKIR VERSI TAREKAT

1. Enam tingkatan dalam persiapan zikir, I. Berniat Dalam niat itu diucapkan : "Ilaahi anta maqshuudii wa ridhaka mathlubi". (Ya Allah, Engkaulah yang aku maksud dan keridhaan-Mulah yang aku cari). II. Duduk Tarekat. Yaitu duduk seperti duduk tahiyat terakhir dalam sholat, kepala ditundukkan ke sisi kiri. III. Rabithatu Mursyid (rasa pertalian dgn Nabi Muhammad saw). 1. Mengucapkan: "Assalmu alaika ayyuhan nabiyyu wa rahmatullahi wabarakatuh". Pada tingkat ini seolah-olah Nabi Muhammad saw hadir di depan kita bersalaman. 2. Kemudian mengucapkan: "Assalamu 'alaina wa 'ala ibadishshalihin". Mengucapkan salam atas diri dan hamba-hamba Allah swt yg sholeh. IV. Bertobat. A. Membaca Istighfar tujuh kali Diniatkan supaya diampunkan oleh Allah swt dosa kita, yaitu: 1. Mata, 2. Telinga, 3. Hidung, 4. Mulut, 5. Tangan, 6. Kaki, dan 7. Syahwat. B. Membaca Istighfar tujuh kali untuk diampunkan dosa bathin, yait

TAKHRIJ HADITS TENTANG MENDATANGI DUKUN

TAKHRIJ HADITS TENTANG MENDATANGI DUKUN Penelitian  takhrij dilakukan dengan menggunakan metode takhrij al-hadits bi al-lafzh dengan menggunakan program CD Al-Maktabah al-Syamilah Versi 3.28 dengan kata kunci يَأْتُونَ الْكُهَّان . Menurut hasil pencarian, potongan hadits tesebut terdapat dalam kitab Sunan Abu Dawud, juz 1, hlm. 349; Musnad Ahmad , juz 39, hlm. 184, 185 dan 186; Sunan al-Kubra li al-Baihaqi, juz 8, hlm. 138; Mu’jam al-Kabir li al-Thabrani , juz 14, hlm. 326 dan 327. Berikut ini dikemukakan secara lengkap teks hadits tersebut serta jalur-jalur sanadnya:       سنن أبي داود (ج 1\ ص 349) باب تَشْمِيتِ الْعَاطِسِ فِى الصَّلاَةِ. رقم : 931 حَدَّثَنَا مُسَدَّدٌ حَدَّثَنَا يَحْيَى ح وَحَدَّثَنَا عُثْمَانُ بْنُ أَبِى شَيْبَةَ حَدَّثَنَا إِسْمَاعِيلُ بْنُ إِبْرَاهِيمَ - الْمَعْنَى - عَنْ حَجَّاجٍ الصَّوَّافِ حَدَّثَنِى يَحْيَى بْنُ أَبِى كَثِيرٍ عَنْ هِلاَلِ بْنِ أَبِى مَيْمُونَةَ عَنْ عَطَاءِ بْنِ يَسَارٍ عَنْ مُعَاوِيَةَ بْنِ الْحَكَمِ السُّلَمِىِّ قَالَ صَ

KISAH SINGA DAN GAJAH

Di sebuah hutan terdapat raja hutan (singa) yang merasa dirinya hebat, dan untuk melegalisasikan kehebatannya, maka si singa bertanya kepada sebagian penghuni hutan. Bertanyalah si singa kepada seekor gorila. Singa: “Hai gorila, siapakah yang paling gagah di hutan ini?” Gorila: “Anda tuanku Baginda.” Banggalah si singa mendengar itu. Kemudian ia bertemu dengan seekor banteng. Singa: “Hai banteng, siapakah yang paling gagah dan hebat di hutan ini?” Banteng: “Sudah tentu Anda Baginda Raja hutan.” Mendengar jawaban-jawaban dari sebagian hewan yang ia temui, merasa sombonglah si singa. Kemudian ia berjalan kembali dengan PDnya, dan di tengah jalan ia bertemu dengan seekor gajah. Singa: “Hai gajah,Kau adalah hewan dengan hidung,telinga,dan badan terbesar di hutan ini,mungkin otakmu juga sebesar tubuhmu,,aku mau tanya, siapakah yang paling gagah dan perkasa di hutan ini?” akan Tetapi gajah tidak menjawab, dan di luar dugaan singa, gajah langsung menghajar dan menginja