Langsung ke konten utama

Penguasa VS Ulama

Al-Manshur adalah salah seorang pendiri Dinasti Abbasiyah. Ia pernah memasukkan lawan-lawan politiknya hidup-hidup ke dalam pilar-pilar istana yang sedang dibangunnya. Tetapi, dengan segala kekejamannya, al-Manshur terkenal sebagai penguasa yang mau mendengarkan nasihat ulama.
Pada suatu hari, ia memanggil al-Awza’i, ahli hadits dan fikih yang terkenal salih. “Aku ingin mendengar nasihatmu dan mengambil faedah darinya.” “Kalau begitu, perhatikan pembicaraanku wahai Amirul Mukminin. Janganlah satu pun lolos dari perhatianmu.” “Bagaimana mungkin aku tidak memperhatikan, aku memintamu, aku telah menghadapkan wajahku kepadamu dan aku telah memintamu menasihatiku.” “Aku takut engkau mendengarkannya, tetapi tidak mengamalkannya.”
Mendengar itu ar-Rabi’, pengawal raja, membentak Awza’i. ia bermaksud mengambil pedangnya, tetapi al-Manshur mencegahnya. Al-Awza’I melanjutkan pembicaraannya: “Nabi Saw bersabda, “Kalau seorang hamba didatangi nasihat dari Allah dalam urusan agamanya, ia mendapat nikmat Allah bila menerimanya dengan penuh terima kasih. Jika tidak menerimanya, nasihat itu akan menambah dosanya dan menumpuk kemurkaan Allah atas dirinya.”
“Wahai Amirul Mukminin, Nabi Saw juga bersabda, “Bila seorang penguasa mati dalam keadaan sedang mengkhianati rakyatnya, Allah akan mengharamkan baginya surga.”
“Wahai Amirul Mukminin, siapa saja yang membenci kebenaran, ia telah membenci Allah; karena Allah adalah Kebenaran Yang Nyata. Tuhan yang telah melembutkan hati rakyat kepadamu, ketika engkau merebut kekuasaan, adalah Tuhan yang sangat mengasihi dan menyayangi mereka. Sudah sepantasnyalah engkau menegakkan kebenaran dan keadilan di tengah-tengah mereka dan melindungi mereka dari hal-hal yang mempermalukan mereka. Janganlah engkau menutup pintumu dari rakyat. Janganlah membuat jarak dengan mereka, berbahagialah jika mereka mendapat kesenangan. Berduka citalah jika mereka mendapat kemalangan.”
“Wahai Amirul Mukminin, engkau mendapat kepercayaan untuk mengurus mereka, yang berada di bawah kekuasaanmu, yang berkulit merah dan hitam, yang muslim dan yang kafir. Semua berhak engkau perlakukan dengan adil. Apa yang terjadi pada dirimu jika manusia antre di hadapanmu, kelompok demi kelompok, semuanya mengadu derita yang telah engkau timpakan kepada mereka, atau kezaliman yang telah anda lakukan?”
“Wahai Amirul Mukminin, pernah di tangan Nabi Saw ada sebatang pelepah kurma. Beliau menggunakannya untuk menjaga kebersihan dan menakut-nakuti orang munafik. Malaikat Jibril dating dan berkata: “Hai Muhammad, untuk apa pelepah kurma ini, untuk menyakiti hati umatmu dan memenuhi jantung mereka dengan rasa takut? Renungkanlah ucapan Jibril ini, apa gerangan yang akan terjadi kepada orang yang menggunakan kekuasaan untuk menjatuhkan kehormatan rakyat, menumpahkan darah mereka, menghancurkan rumah-rumah mereka, mengusir mereka dari tanah miliknya, atau membuat mereka lari ketakutan?
“Wahai Amirul Mukminin, pernah Nabi saw tanpa sengaja memukul seorang Arab dusun, Jibril berkata: “Ya Muhammad, Allah tidak mengutusmu sebagai pelaku tindak kekerasan dan tidak sebagai tiran.” Nabi saw segera meminta orang Arab itu untuk menuntut balas.”
“Wahai Amirul Mukminin, sekiranya kekuasaan itu kekal pada orang sebelummu, tentulah kekuasaan itu tidak akan beralih kepadamu. Karena itu, kekuasaan ini pun tidak akan abadi sebagaimana juga terjadi pada orang selainmu.”
“Wahai Amirul Mukminin, tahukah engkau apa makna ayat ini: “Hai Dawud, sesungguhnya Kami menjadikan kamu penguasa di bumi, maka berilah keputusan di antara manusia dengan adil dan janganlah kamu mengikuti hawa nafsu, karena ia akan menyesatkan kamu dari jalan Allah.” (QS. 38:26). Allah berfirman dalam Zabur: “Hai Dawud, dihadapanmu duduk dua pihak yang bertikai. Jika kamu cenderung mengalahkan salah satu di antara keduanya, dan tidak ingin kebenaran ada dipihaknya sehingga menang terhadap pihak yang lain, maka Aku akan menghapuskan kenabian darimu. Kamu tidak lagi menjadi khalifah-Ku, dan tidak memperoleh kemuliaan. Hai Dawud, sesungguhnya Aku menjadikan para rasul-Ku untuk memimpin hamba-hamba-Ku seperti penggembala yang menggembalakan ternaknya. Ia mengobati yang terluka, memapah yang lemah ke padang gembala dan sumber air.”
“Wahai Amirul Mukminin, yang paling berat dari segala yang berat ialah memenuhi kewajiban kita kepada Allah. Orang yang paling mulia adalah yang paling takwa. Siapa yang mencari kekuasaan dengan kataatan kepada Allah, Allah akan meninggikannya dan memuliakannya. Siapa yang mencari kekuasaan dengan maksiat kepada Allah, Dia akan menghinakannya dan menjatuhkannya. Inilah nasihatku kepadamu, salam bagimu.”
Al-Awza’I bangkit meninggalkan tempat pertemuan. “Mau kemana kamu?” kata al-Manshur. “Aku ingin menemui anak-anakku di kampong halamanku, dengan izin Amirul Mukminin, insya Allah,” Jawab al-Awza’i. terima kasih atas nasihatmu, janganlah engkau bosan memberikan hal semacam ini. Nasihatmu akan selalu diterima tanpa tuduhan apa pun.” Ketika al_Manshur bermaksud memberikan hadiah kepadanya, al-Awza’I menolaknya, “Aku tidak memerlukannya, aku tidak ingin menjual nasihatku dengan harta dunia.”
Manakah yang paling mengagumkan dari keduanya: Al-Manshur, penguasa yang menerima kritik dengan penuh rasa terima kasih, atau Al-Auza’I, ulama yang memiliki keberanian menyampaikan kebenaran, apa pun resikonya? Al-Manshur yang memberikan hadiah kepada orang yang mengkritiknya atau Al-Auza’I yang menolak hadiah penguasa demi integritas dirinya?


(Sumber: Buku Reformasi Sufistik)

Komentar

Postingan populer dari blog ini

ZIKIR VERSI TAREKAT

1. Enam tingkatan dalam persiapan zikir, I. Berniat Dalam niat itu diucapkan : "Ilaahi anta maqshuudii wa ridhaka mathlubi". (Ya Allah, Engkaulah yang aku maksud dan keridhaan-Mulah yang aku cari). II. Duduk Tarekat. Yaitu duduk seperti duduk tahiyat terakhir dalam sholat, kepala ditundukkan ke sisi kiri. III. Rabithatu Mursyid (rasa pertalian dgn Nabi Muhammad saw). 1. Mengucapkan: "Assalmu alaika ayyuhan nabiyyu wa rahmatullahi wabarakatuh". Pada tingkat ini seolah-olah Nabi Muhammad saw hadir di depan kita bersalaman. 2. Kemudian mengucapkan: "Assalamu 'alaina wa 'ala ibadishshalihin". Mengucapkan salam atas diri dan hamba-hamba Allah swt yg sholeh. IV. Bertobat. A. Membaca Istighfar tujuh kali Diniatkan supaya diampunkan oleh Allah swt dosa kita, yaitu: 1. Mata, 2. Telinga, 3. Hidung, 4. Mulut, 5. Tangan, 6. Kaki, dan 7. Syahwat. B. Membaca Istighfar tujuh kali untuk diampunkan dosa bathin, yait

TAKHRIJ HADITS TENTANG MENDATANGI DUKUN

TAKHRIJ HADITS TENTANG MENDATANGI DUKUN Penelitian  takhrij dilakukan dengan menggunakan metode takhrij al-hadits bi al-lafzh dengan menggunakan program CD Al-Maktabah al-Syamilah Versi 3.28 dengan kata kunci يَأْتُونَ الْكُهَّان . Menurut hasil pencarian, potongan hadits tesebut terdapat dalam kitab Sunan Abu Dawud, juz 1, hlm. 349; Musnad Ahmad , juz 39, hlm. 184, 185 dan 186; Sunan al-Kubra li al-Baihaqi, juz 8, hlm. 138; Mu’jam al-Kabir li al-Thabrani , juz 14, hlm. 326 dan 327. Berikut ini dikemukakan secara lengkap teks hadits tersebut serta jalur-jalur sanadnya:       سنن أبي داود (ج 1\ ص 349) باب تَشْمِيتِ الْعَاطِسِ فِى الصَّلاَةِ. رقم : 931 حَدَّثَنَا مُسَدَّدٌ حَدَّثَنَا يَحْيَى ح وَحَدَّثَنَا عُثْمَانُ بْنُ أَبِى شَيْبَةَ حَدَّثَنَا إِسْمَاعِيلُ بْنُ إِبْرَاهِيمَ - الْمَعْنَى - عَنْ حَجَّاجٍ الصَّوَّافِ حَدَّثَنِى يَحْيَى بْنُ أَبِى كَثِيرٍ عَنْ هِلاَلِ بْنِ أَبِى مَيْمُونَةَ عَنْ عَطَاءِ بْنِ يَسَارٍ عَنْ مُعَاوِيَةَ بْنِ الْحَكَمِ السُّلَمِىِّ قَالَ صَ

KISAH SINGA DAN GAJAH

Di sebuah hutan terdapat raja hutan (singa) yang merasa dirinya hebat, dan untuk melegalisasikan kehebatannya, maka si singa bertanya kepada sebagian penghuni hutan. Bertanyalah si singa kepada seekor gorila. Singa: “Hai gorila, siapakah yang paling gagah di hutan ini?” Gorila: “Anda tuanku Baginda.” Banggalah si singa mendengar itu. Kemudian ia bertemu dengan seekor banteng. Singa: “Hai banteng, siapakah yang paling gagah dan hebat di hutan ini?” Banteng: “Sudah tentu Anda Baginda Raja hutan.” Mendengar jawaban-jawaban dari sebagian hewan yang ia temui, merasa sombonglah si singa. Kemudian ia berjalan kembali dengan PDnya, dan di tengah jalan ia bertemu dengan seekor gajah. Singa: “Hai gajah,Kau adalah hewan dengan hidung,telinga,dan badan terbesar di hutan ini,mungkin otakmu juga sebesar tubuhmu,,aku mau tanya, siapakah yang paling gagah dan perkasa di hutan ini?” akan Tetapi gajah tidak menjawab, dan di luar dugaan singa, gajah langsung menghajar dan menginja