“Menagih Utang Dari Allah ”
Part 3
Part 3
Oleh : HAMSAR DB.
Berselang tiga hari pernikahannya, Abdullah pun pamit pada mertuanya dan meminta izin membawa serta istrinya. Dengan senang hati mertuanya berkata, “pergilah menantuku, saya titipkan anak saya padamu, doaku selalu untukmu semoga selamat sampai tujuan dan selalu hidup rukun serta tentram bersama istri. ingat satu hal, sering – seringlah kemari menjengukku nak’ karena usiaku sudah tua”.
Dengan menenteng koper pakaian dan bekal secukupnya keduanya pun berangkat pulang ke kampung halaman Abdullah. Dalam perjalanan bersama istrinya Abdullah menyempatkan mampir di kampung orang kaya yang tempo hari disinggahinya. Dari kejauhan samar – samar orang kaya itu melihat Abdullah yang tidak lagi sendiri tapi sudah ditemani seorang perempuan cantik. Makin dekat makin jelas dikenalinya. Dalam hati orang kaya itu berkata ; wah, wah.. katanya mencari Allah, tau-taunya hanya cari wanita, ternyata anak muda zaman sekarang. Akhirnya keduanya tiba dan memasuki pekarangan. Dari kejauhan Abdullah menyapa ; “Assalamu ‘Alaikum, apa kabar pak’ ?”, “walaikumsalam Warahmatullah, akhirnya mampir juga, mari silahkan masuk anak muda, nampaknya kamu bahagia sekali..!”. “Alhamdulillah pak, berkat do’a Bapak”. Dengan dahi berkerut mempersilahkan duduk orang kaya itu bertanya, “yang ini siapa anak muda ?” sambil memandangi perempuan itu. Dengan wajah sumringah Abdullah menjawab “ Oh,… ini istri saya pak, anak seorang pensiunan hakim”. “ katanya cari Allah, ko’ pulang bawa istri. Apa sudah ketemu dengan Allah anak muda ?”. spontan Abdullah menjawab “Alhamdulillah sudah pak dan Allah sudah membayar sebagian utangnya”. Orang kaya itu kaget lalu berkata “ ah, yang benar saja kamu”. Abdullah menimpali “ saya bukan pembohong pak ”. orang kaya itu tetap tidak mempercayai Abdullah, mana mungkin ia bisa bertemu dengan Allah, tidak mungkin…..!. lalu ia mencoba bertanya “ kalau benar kamu bertemu dengan Allah lalu apa jawaban tentang pertanyaan yang saya titipkan kepadamu tempo hari ?”. “sudah terjawab pak”, Abdullah menjawab dengan lantang. “Apa katanya ?” orang kaya itu sudah tidak sabar ingin mendengar. “Bapak itu menyimpan satu peti emas murni di rumah ini, nah sejak itulah Bapak tidak tenang karena takut diketahui orang. Demikian jawaban Allah pak”. Orang kaya itu terkejut dan salah tingkah lalu berkata “masya Allah…., Astagfirullah, ko’ tahu anak muda, apakah kamu benar – benar bertemu dengan Allah anak muda, luar biasa. Selama ini hal itu menjadi rahasiah saya dan tak satu orang pun yang tahu. Sekarang saya percaya bahwa engkau orang yang dapat bertemu dengan Allah Swt.”
Masih terheran – heran orang kaya itupun berbisik “ saya mohon kepada anda berdua jaga rahasiaku ini, jangan diberi tahu pada siapapun. Dan sebagai imbalannya aku hadiahkan sepertiga dari emas itu untuk kalian, beratnya berkisar dua kilogram emas murni”. Abdullah dan istrinya terkejut dan gembira sekali atas hadiah itu, lalu berkata “terima kasih pak, terima kasih… insya Allah kami akan menjaga rahasiah ini dan tidak mengatakannya pada siapapun, ini adalah amanah dan kami akan menjaganya”.
Malam itu juga diam - diam orang kaya itu masuk kekamar lalu membuka peti emasnya. Tanpa berfikir panjang iapun mengeluarkan 1/3 emas dari isi kotak itu lalu dimasukkannya kedalam kantong kain dan diikat sekuat – kuatnya. Ia berharap agar pagi – pagi sekali ba’da shalat shubuh Abdullah beserta istrinya harus meninggalkan rumahnya agar tidak diketahui oleh orang lain. Bahkan iapun memberikan dua ekor kuda tunggangan sebagai kendaraan agar cepat tiba dikampung halamannya.
Shubuh telah usai, Abdullah bersama istrinya berangkat dengan menunggangi kuda dengan membawa emas yang telah dihadiahkan oleh orang kaya itu. Singkat kissah, setelah keduanya tiba di kampung halamannya, merekapun menuju rumah yang telah lama ditinggalkannya kemudian masuk dengan mengangkat barang bawaannya. Setelah mereka berada dalam rumah Abdullah tertegun heran, Dia melihat dan memeriksa isi rumahnya ternyata tidak ada tambahan harta. Laci lemari tempat penyimpanan uangnyapun masih kosong seperti dulu pada saat ditinggalkannya. Abdullah duduk bertungkul dan termenung disamping istrinya lalu berkata dalam hati “ katanya Allah sudah membayar utangnya, tapi dirumahku ini tidak ada tambahan apapun. Apa maksudnya ?” Abdullah terdiam dan berfikir sejenak.
Tiba – tiba Abdullah tersentak dan bangkit dari lamunannya. Ia memandangi istrinya yang cantik, kemudian ia memandang sebongkah emas yang berada dalam kantong kain itu, lalu Abdullahpun menengok keluar di halaman rumahnya tanpa berkedip memandangi kedua ekor kuda yang ditungganginya. Iapun sadar bahwa inilah pembayaran Allah Swt. dan berkata “Alhamdulillah…. Terima kasih ya Allah, Engkau benar – benar menepati janji, Engkau benar –benar Maha Pemberi dan Maha Pemurah, pemberianMu tidak langsung jatuh dari langit tetapi melaui hambaMu yang lain atas usaha, tekad dan kerja keras, Engkau Maha Mengetahui dan Maha Pemurah kepada hamba – hambaMu yang ikhlas memberi “utang” kepadaMu.
Demikian kissah seorang hamba Allah yang beriman dan istiqamah. kissah ini penulis angkat setelah menelaah Al-qur’an surah Al-Baqarah ayat 245.
“ Siapakah yang mau memberi pinjaman kepada Allah, pinjaman yang baik (menafkahkan hartanya di jalan Allah), Maka Allah akan meperlipat gandakan pembayaran kepadanya dengan lipat ganda yang banyak. dan Allah menyempitkan dan melapangkan (rezki) dan kepada-Nya-lah kamu dikembalikan ”.
dan Surah Al-Hadiid ayat 11 dan 18 yang intinya menjelaskan bahwa ; “orang – orang yang mengeluarkan zakat, infaq dan sadaqah dengan ikhlas, maka sama halnya seperti orang yang memberi utang kepada Allah Swt. dan pasti Allah Swt. akan membayarnya dengan pahala yang besar dan berlipat ganda”.
Komentar
Posting Komentar