Langsung ke konten utama

Keberkahan dan Malapetaka Suatu Negeri Bergantung Pada Pemimpinnya

Pada suatu hari, Raja Anusyirwan sedang melakukan perburuan. Ia sangat asyik berburu sehingga ia terlepas dari pasukannya. Dalam keadaan haus, ia sampai di sebuah kebun. Di kebun itu ia melihat banyak sekali pohon delima. Kepada anak penunggu kebun, raja berkata: "Berikan kepadaku sebutir delima." Delima itu ternyata sangat manis dan airnya yang lezat keluar melimpah. Raja sangat terkesan dengan delima di kebun itu sehingga ia terpikir untuk mengambil kebun itu dari pemiliknya. Pada kali yang kedua, ia meminta satu butir delima lagi. Aneh, sekarang delima itu sedikit sekali airnya dan kecut rasanya. Ia bertanya: "Hai anak, mengapa delima ini menjadi begini?" Si Anak menjawab, "Mungkin ada raja di negeri ini yang bermaksud berbuat zalim. Karena niatnya jeleknya, maka delima ini menjadi begini." Pada saat itu juga Anusyirwan bertobat dalam hatinya. Raja berkata lagi pada anak itu, "Berikan aku satu delima lagi." Sekarang delima itu terasa lebih enak dari delima sebelumnya. Ia bertanya, "Hai anak, mengapa delima ini berubah seperti ini?" Penjaga kebun berkata: "Barangkali raja negeri ini bertobat dari kezalimannya." Ketika mendengar ucapan anak itu, yang sesuai dengan keadaan hatinya, Anusyirwan betul-betul bertobat dan berniat tak akan melakukan penindasan apapun.
Dalam sejarah, Anusyirwan dicatat sebagai raja yang adil. Dalam masa pemerintahannya, lahir Nabi Muhammad saw, beliau berkata: "Aku lahir dalam zaman kekuasaan raja yang adil." Fakhr al-Razi meriwayatkan kisah ini ketika menjelaskan tafsir ayat: maliki yawmiddin. Ayat ini menunjukkan kesempurnaan keadilan Tuhan. Raja pada hari pembalasan adalah raja yang adil. Tanpa adanya hari kiamat, keadilan tidak dapat ditegakkan. Dari sini disimpulkan, penguasa sejati adalah penguasa yang adil. "Bila penguasa itu adil, maka karena keberkahan keadilannya, timbullah kebaikan dan ketenteraman di alam semesta. Bila penguasa itu zalim, hilanglah kebaikan dari alam semesta," kata Fakhr al-Razi selanjutnya. 
Dalam surah al-Isra' (17) ayat16, Allah swt berfirman: "Dan jika Kami hendak membinasakan suatu negeri, maka kami perintahkan kepada orang yang hidup mewah di negeri itu (agar menaati Allah), tetapi bila mereka melakukan kedurhakaan di dalam (negeri) itu, maka sepantasnya berlaku terhadapnya perkataan (hukuman Kami), kemudian Kami binasakan sama sekali (negeri itu)
Mudah-mudahan para pemimpin kita sadar bahwa perbuatan dapat mengundang Keberkahan dan Malapetaka bagi negeri yang dipimpinnya.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

ZIKIR VERSI TAREKAT

1. Enam tingkatan dalam persiapan zikir, I. Berniat Dalam niat itu diucapkan : "Ilaahi anta maqshuudii wa ridhaka mathlubi". (Ya Allah, Engkaulah yang aku maksud dan keridhaan-Mulah yang aku cari). II. Duduk Tarekat. Yaitu duduk seperti duduk tahiyat terakhir dalam sholat, kepala ditundukkan ke sisi kiri. III. Rabithatu Mursyid (rasa pertalian dgn Nabi Muhammad saw). 1. Mengucapkan: "Assalmu alaika ayyuhan nabiyyu wa rahmatullahi wabarakatuh". Pada tingkat ini seolah-olah Nabi Muhammad saw hadir di depan kita bersalaman. 2. Kemudian mengucapkan: "Assalamu 'alaina wa 'ala ibadishshalihin". Mengucapkan salam atas diri dan hamba-hamba Allah swt yg sholeh. IV. Bertobat. A. Membaca Istighfar tujuh kali Diniatkan supaya diampunkan oleh Allah swt dosa kita, yaitu: 1. Mata, 2. Telinga, 3. Hidung, 4. Mulut, 5. Tangan, 6. Kaki, dan 7. Syahwat. B. Membaca Istighfar tujuh kali untuk diampunkan dosa bathin, yait...

TAKHRIJ HADITS TENTANG MENDATANGI DUKUN

TAKHRIJ HADITS TENTANG MENDATANGI DUKUN Penelitian  takhrij dilakukan dengan menggunakan metode takhrij al-hadits bi al-lafzh dengan menggunakan program CD Al-Maktabah al-Syamilah Versi 3.28 dengan kata kunci يَأْتُونَ الْكُهَّان . Menurut hasil pencarian, potongan hadits tesebut terdapat dalam kitab Sunan Abu Dawud, juz 1, hlm. 349; Musnad Ahmad , juz 39, hlm. 184, 185 dan 186; Sunan al-Kubra li al-Baihaqi, juz 8, hlm. 138; Mu’jam al-Kabir li al-Thabrani , juz 14, hlm. 326 dan 327. Berikut ini dikemukakan secara lengkap teks hadits tersebut serta jalur-jalur sanadnya:       سنن أبي داود (ج 1\ ص 349) باب تَشْمِيتِ الْعَاطِسِ فِى الصَّلاَةِ. رقم : 931 حَدَّثَنَا مُسَدَّدٌ حَدَّثَنَا يَحْيَى ح وَحَدَّثَنَا عُثْمَانُ بْنُ أَبِى شَيْبَةَ حَدَّثَنَا إِسْمَاعِيلُ بْنُ إِبْرَاهِيمَ - الْمَعْنَى - عَنْ حَجَّاجٍ الصَّوَّافِ حَدَّثَنِى يَحْيَى بْنُ أَبِى كَثِيرٍ عَنْ هِلاَلِ بْنِ أَبِى مَيْمُونَةَ عَنْ عَطَاءِ بْنِ يَسَارٍ عَنْ مُعَاوِيَةَ بْ...

DZIKIR NAFAS

- Mengenal Nafas - Mengenal Asal usul nya Nafas - Mengenal Datang nya Nafas - Mengenal Reservoir Nafas - Mengenal Puncak Kedatangnya Nafas - Menghargai Nafas dengan Haqqul Yakin - Melihat kedatangan Nafas dari Pandangan Ainul Yakin - Tarbiyyah diri dengan Muttu Qablaan tammutu [ hadits] ★ Latih MEMATIKAN DIRI - Latih pergerakan ALLAH (memulangkan Zat, Sifat, Asma, Af’al ALLAH) Dengan Muraqabah dan Musyahadah - Latih Ilmu ALLAH dengan KALIMAH SYAHADAH dan SYUHUD (Qudrat ”Kuasa”, Iradat” berkehendak”, Ilmu ”ilmu”, Hayat ”hidup”) Bagi kaum Aribillah, NAFAS adalah Imej cermin dari ROH , NAFAS adalah kembaran bagi RUH. RUH adalah Hakikat NAFAS adalah Syariatnya di alam ini. RUH ibarat kapal, NAFAS bagaikan ombak Jika tenang ombak, tenanglah perjalanan kapal. Begitu juga RUH, Jika NAFAS seorang hamba tenang, maka ia memberi kesan pada RUHnya. Kaum Aribillah dan ahli Rohani amat mementingkan latihan PERNAFASAN. Bila PERNAFASAN baik, maka akan baiklah perja...